Thursday, August 28, 2008

Pelayan Yang Sesungguhnya

Di dalam Yohanes 13:1-20 ada sebuah kisah di mana Tuhan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Di situ diceritakan bahwa ketika Ia hendak menyeka kaki Petrus, maka Petrus menolaknya. Namun Tuhan Yesus berkata bahwa itu adalah hal yang harus diterima Petrus agar mendapat bagian di dalam Yesus. Dan di ayat-ayat selanjutnya, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa hal itu dilakukan-Nya untuk memberikan teladan kepada murid-murid-Nya.
 
Dalam kehidupan kita sampai saat ini, kita tentu sering menginginkan bahwa orang melihat kehebatan2 dan kebisaan2 kita. Orang yang pandai memasak tentu akan sering mengundang orang untuk memakan masakannya. Dengan demikian orang2 tersebut akan mengakui kepandaiannya dalam hal memasak. Orang yang pandai berhitung tentu akan sering mengeluarkan statement2 yang berhubungan dengan angka2. Singkat kata, semua orang pada dasarnya ingin diakui!
 
Diakui di sini bukan berarti hanya diakui keberadaannya, tetapi juga diakui kehebatannya, kemampuannya, kebisaannya. Saya pun tidak terlepas dari hal itu. Kadang2 sesekali dalam hidup saya, saya merasa ingin menunjukkan kehebatan dan kemampuan saya agar orang lain mengakuinya. Dan tentunya merupakan kepuasan tersendiri saat orang mengagumi kita, bukan? :) Merupakan suatu kepuasan pada saat kita bisa berkata bahwa aku ini ada dan kehadiranku sangat bermakna. Aku adalah sesuatu yang berharga!
 
Hal yang kita lakukan di atas tidaklah salah karena Firman Tuhan pun mengajarkan bahwa kita diciptakan seturut dan serupa dengan gambar Allah. Kita adalah ciptaan yang unik yang diciptakan untuk berjalan dalam rencana-Nya. Dan masing-masing kita mempunyai tujuan hidup masing-masing yang spesifik.
 
Namun, hari ini kita akan belajar sesuatu yang berbeda. Kalau kita berkata bahwa kita adalah sesuatu yang berharga, maka tentu Tuhan Yesus yang kita sembah adalah lebih dari itu, bukan? Tetapi apa yang dilakukan Tuhan Yesus pada ayat yg kita baca ini? Dia membasuh kaki murid-murid-Nya! Pada jaman Yahudi kuno membasuh kaki adalah pekerjaan pelayan yang paling rendah. Dia rela menjadi hamba seperti yang tertulis di dalam Filipi 2:5-7. Bahkan di terjemahan bahasa Inggrisnya, hamba diartikan dengan slave (budak).
 
Tuhan Yesus melakukan hal ini bukan dengan tujuan untuk meninggikan diri-Nya, melainkan seperti Firman-Nya: "Aku datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani" Itulah yang dilakukan-Nya. Yesus yang sangat2 layak untuk diakui sebagai Raja itu melepaskan semua status yang dimiliki-Nya dan menjadi hamba.
 
Bagaimana dengan kita dan kehidupan kita? Sudahkah kita mengikuti teladan-Nya dan menjadi hamba bagi orang lain. Pada saat kita berkata bahwa kita melayani Tuhan dan sesama, satu pertanyaan yang perlu dijawab adalah berapa banyak keringat yang kita keluarkan untuk melayani? Misalnya seorang olahragawan, apakah bisa dikatakan dia berlatih jika tidak ada keringat yang keluar dari tubuhnya?
 
Beberapa orang di luar negeri senang menggunakan alat pengukur kalori di tubuh mereka ketika mereka berolahraga. Dengan begitu mereka bisa tahu berapa kalori yang berhasil dikurangi setelah berolahraga. Pada umumnya, semakin banyak keringat yang keluar, semakin banyak pula kalori yang terbakar. Semakin banyak kalori yang terbakar, semakin sehatlah orang tersebut.
 
Demikian pula dengan pelayanan kita. Apakah selama ini kita sudah bersungguh-sungguh? Ataukah kita baru sebatas melayani tanpa ada keringat yang keluar sama sekali? Sudahkah kita menjadi hamba seperti teladan Tuhan Yesus? Atau sesungguhnya kita sedang menjadi "tuan" dalam pelayanan kita?
 
Mari, jadikanlah dirimu pelayan yang sesungguhnya!
GBU


No comments: