Friday, August 08, 2008

Jangan Pernah Menyerah!

"Saat-saat yang paling berbahaya di dalam hidup kita biasanya merupakan saat-saat yang paling berkesan dan membekas di hati kita". Itulah kurang lebih statement yang ditulis oleh Pastor Mark Batterson, seorang gembala di sebuah gereja di Washington DC, USA, yang bernama NCC (National Community Church) dalam salah satu bukunya yang berjudul "In a Pit With a Lion". Saya sangat diberkati oleh buku ini karena di dalamnya ada banyak hal-hal luar biasa yang disampaikan. Dan salah satu pesan yang saya tangkap adalah statement di awal tulisan ini. Mungkin sebagian besar anak2 Tuhan tidak menyadari hal ini, bahwa saat-saat yang paling berbahaya itu biasanya justru merupakan saat-saat yang paling berkesan dan teringat terus.

Saya teringat ketika suatu saat saya mengikuti sebuah retreat di Tumpang. Pada saat itu saya menjadi salah satu panitia. Pada salah satu session di hari kedua, waktu itu siang hari, ketua panitia menyuruh saya untuk menyampaikan sesuatu kepada pemilik tempat kami menginap saat itu. Ketika itu saya tanpa pikir panjang segera mencari pemilik tempat itu. Saya bertanya kepada salah satu tukang yang sedang bekerja di situ dan bapak itu mengatakan agar saya masuk saja melalui sebuah pagar kayu karena pemiliknya ada di dalam sana.

Sekali lagi tanpa pikir panjang saya segera mengikuti saran bapak itu. Saya masuk melalui pagar itu dan melewati jalan kecil yang panjangnya sekitar 50 meter. Saya sudah berjalan sekitar 3/4 bagian dari jalan itu dan hampir sampai di rumah pemiliknya, ketika saya melihat suatu pemandangan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan membuat saya cukup ngeri. Tiba-tiba dari dalam rumah itu muncul anjing-anjing penjaga di tempat itu. Jumlahnya ada kurang lebih 15 ekor anjing dan mereka semua galak-galak karena memang sudah dilatih untuk menjaga tempat itu.

Ketika melihat hal itu, spontan darah saya seakan berhenti mengalir dan jantung saya berdegup kencang. Dalam hati saya, saya hanya bisa berkata "mati aku..." Waktu itu pikiran saya benar-benar buntu. Saya hampir saja lupa bahwa apabila sedang berhadapan dengan anjing kita tidak boleh lari. Pada saat itu saya gulung kertas yang ada di tangan saya (hanya selembar kertas) dan mulai memukul-mukulkan ke arah anjing2 itu. Bukannya mundur, beberapa di antara mereka malah maju dan mau menggigit kaki saya. Bahkan ada satu yang sudah sempat menggigit kaki saya meskipun tidak keras.

Saya terus memukul-mukulkan kertas itu sambil berjalan mundur perlahan-lahan. Ketika saya sudah mundur hingga setengah jalan itu, dalam pikiran saya terbersit pikiran untuk segera membalikkan badan dan lari secepat-cepatnya. Namun, untungnya akal sehat saya masih jalan dan melarang saya untuk melakukan itu. Saya baru menyadari keputusan saya ini tepat beberapa waktu kemudian.

Ketika saya sudah hampir terdesak, akhirnya pemilik tempat itu muncul dari dalam rumahnya dan menghalau anjing2nya tersebut. Anjing2 tersebut pun mundur dan saya merasa sangat lega pada waktu itu. Pemilik tempat itu kemudian sedikit memarahi saya karena masuk lewat pagar yang sebenarnya tidak diperbolehkan untuk siapapun juga, kecuali yang sudah kenal dengan anjing2 tersebut.

Ketika peristiwa itu sudah berlalu baru saya menyadari bahwa keputusan saya untuk tidak lari adalah tepat. Karena bagaimanapun cepatnya saya berlari, anjing2 itu pasti lebih cepat dari saya. Dan sekali mereka lihat saya lari, mungkin mereka akan berpikir bahwa saya ini orang jahat. Mungkin tubuh saya sudah terkoyak-koyak atau terluka parah apabila pada saat itu saya memutuskan untuk lari.
 
Dari cerita di atas mungkin sebagian dari kita berkata bahwa itu adalah hal yang biasa dan tidak menarik. Sebagian lagi mungkin ketika membaca tadi sudah menahan nafas. Sebagian mungkin berkata dalam hatinya, "Untung bukan aku yang mengalaminya...". Tapi membaca dan mengalami adalah sesuatu hal yang berbeda. Ketika kita membaca atau mendengar, mungkin kita bisa merasakan suasananya, tetapi kita tidak akan benar-benar bisa merasakan pengalaman itu.
Dan tentu cara kita menceritakan kejadian di atas pasti berbeda dengan orang yang benar2 mengalaminya.
 
Rasul Paulus dalam kitab yang ditulisnya (2 Kor 11:23-30) menggambarkan bagaimana perjuangannya dalam mengabarkan Injil. Bagaimana dia mengalami siksaan2 secara jasmani. Ini menunjukkan bahwa pengalaman-pengalaman itu sebenarnya tidak menyenangkan buatnya. Dan itu bisa terlihat dari tulisannya yang begitu menggebu2.

Namun, bisa kita lihat ada sebuah kebanggaan di dalam penderitaan itu. Demikian juga dengan apa yg saya alami bersama dengan para anjing itu. Ketika saya bercerita, saya bisa bercerita dengan bangga karena tidak semua orang mempunyai pengalaman dikeroyok oleh belasan anjing penjaga yang ganas.
 
Saudara, apapun masalahmu saat ini, baik itu menakutkan ataupun menyedihkan, janganlah takut. Majulah bersama Tuhan. Terlebih lagi jangan pernah menyerah. Ketika engkau mengalahkan masalah itu, maka akan ada kesaksian yang indah yang bisa engkau ceritakan ke orang lain untuk menguatkan iman mereka. Apabila pada saat menghadapi anjing2 itu saya mengikuti kata hati saya dengan menyerah, berbalik, dan lari, maka sudah dipastikan saya tidak akan bisa menceritakan hal ini dengan bangga karena tentunya tubuh saya sudah terluka parah digigiti anjing2 itu. Dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari hal itu, bukan?

Seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam ayat 30. Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.
Kita tahu bahwa saat kita menyerah kepada-Nya (bukan kepada situasi yang terjadi) dan mengaku lemah di hadapan-Nya, maka Dia akan turun tangan :)
 
Jadi? Jangan pernah menyerah karena Dia tahu yang terbaik!
GBU!

No comments: