Wednesday, October 22, 2008

Perbedaan Pendapat

"Kalau berdoa itu tangan harus dilipat"
"Salah itu, kalau berdoa tangan tidak dilipat juga tidak apa-apa. Yang penting mata harus ditutup"
"Semuanya tidak ada yang benar, berdoa itu bisa di mana saja. Bebas!"
"Tidak bisa! Berdoa harus di tempat yang sepi agar bisa konsentrasi!"

"Ayat yang paling bagus itu adalah Yohanes 3:16"
"Bukan! Yang paling bagus itu adalah Roma 8:28"
"Tidak bisa, yang paling bagus pastinya Yeremia 29:11"
"No no no, 1 Korintus 2:9 lah ayat yang paling bagus"

"Musik pop adalah musik gerejawi!"
"Salah, musik klasik yang musik gerejawi karena sudah ada sejak dulu"
"Tidak bisa, jazz lah yang lebih pantas disebut musik gerejawi"
"Semuanya salah! Musik gerejawi selalu berkembang, karena itu musik rock adalah musik gerejawi"

Debat seperti di atas tentunya sudah sangat sering kita lihat atau bahkan kita alami. Sebenarnya apa sih yang salah dengan perdebatan seperti di atas? Bukankah manusia diberi kecerdasan oleh Tuhan untuk berpikir dengan caranya masing-masing. Berarti wajar toh apabila ada perdebatan?

Memang benar bahwa perdebatan itu adalah hal yang wajar dan bisa dimaklumi karena setiap manusia diciptakan mempunyai keunikan masing2. Dan perdebatan-perdebatan di atas bisa dikatakan masih cukup wajar meskipun pastinya tidak semua pernyataan di atas benar. Sebenarnya apa sih yang menyebabkan terjadinya perdebatan itu? Mengapa sih manusia kok tidak bisa rukun dan mempunyai pemikiran yang sama? Atau setidaknya bisa menerima pemikiran orang lain dan tidak terus-menerus menyanggah pendapat orang lain?

Hal semacam ini akan sangat luas untuk dibahas. Namun saya akan membahas satu hal saja yang cukup penting dalam perjalanan kerohanian kita. Seringkali ada banyak anak Tuhan yang berdebat tentang Tuhan yang kita sembah. Ada yang merasa bahwa "Papa" kita yang di Surga itu sangat-sangat dekat. Ada pula yang merasa bahwa Dia adalah pribadi yang sangat agung dan layak dihormati. Ada yang merasa bahwa Dia adalah "Papa" yang selalu memperhatikan anak-anakNya. Bahkan ada yang merasa bahwa Dia adalah "Papa" yang selalu berbicara pada anak-anakNya setiap waktu. Mungkin ada juga beberapa orang yang memiliki pemikirannya masing-masing.

Lantas kemudian timbul pertanyaan. Bolehkah hal seperti di atas ini diperdebatkan? Bukankah ini merupakan hubungan pribadi kita dengan Tuhan.

Guys, untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu melihat konteks tempat dan suasana yang sedang terjadi. Apabila kita sedang berada di gereja dan mendengarkan Firman tentang "Papa" kita, maka tentunya kita harus membuka hati dan memperbolehkan diri kita untuk dikoreksi tentang pengertian yang benar akan Dia. Namun, apabila kita sudah mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan dan sedang dalam suasana percakapan biasa, kita harus melihat arah pembicaraan itu. Apabila arah pembicaraan itu menuju ke perdebatan, maka sebaiknya kita menghentikan perdebatan ini.

Saya membayangkan apabila ada sebuah keluarga besar. Misalnya ayah, ibu, dan 10 orang anak. Apabila sang ayah sedang berbicara dengan anak2nya dalam sebuah forum keluarga tentang dirinya, maka tentunya semua anak2nya akan menerima. Namun, ketika dalam suasana percakapan biasa, tentunya setiap anak mempunyai gambaran pribadi yang khusus tentang siapa ayahnya. Dan itu biasanya berbeda-beda. Perasaan pribadi seperti inilah yang tidak bisa dipaksakan.

Mungkin anak pertama mendeskripsikan ayahnya dengan: "Ayahku itu orangnya selalu memperhatikan pada saat aku dalam kesulitan. Dia adalah Ayah yang mengerti tentang aku." Namun, bisa saja anak kedua berpikir: "Ayahku itu tegas dan cepat dalam mengambil keputusan. Semua keputusannya selalu tepat dan adil." Sementara anak ketiga bisa saja berpikir: "Ayahku orangnya baik. Aku minta apa saja asalkan bermanfaat pasti diberi."

Tentunya tidak ada yang salah pendapat dari ketiga anak tersebut, bukan? Karena itu adalah pendapat pribadi mereka tentang ayahnya sendiri. Namun, tentu saja ada saat-saat di mana sang ayah itu akan berbicara dan menceritakan kepribadiannya (misalnya ayahnya itu bekas tentara dan seorang tentara harus tegas), maka semua anak2nya harus menerima hal itu.

So, ada hal2 yang absolut dan jelas tentang "Papa" kita, biasanya ini kita dapatkan melalui pembimbing rohani maupun gembala kita. Namun, ada hal2 pribadi tentang-Nya yang semua itu kembali pada pribadi kita masing-masing. Dan itu semua tergantung dari hubungan pribadi kita masing2 dengan Dia. Bagi teman2 yang belum mempunyai definisi pribadi tentang siapakah "Papa" kita yang di Surga itu, perbaiki kembali hubungan pribadimu dengan-Nya. Dengan demikian engkau menemukan definisi yang sesungguhnya secara pribadi tentang "Papa" kita :)

Keep on fire!


No comments: